Monday, 14 March 2016

Camping colongan

Alkisah di suatu tepi waduk yang kadang baunya aduhai karena pakan ikan keramba, di dekat ladang warga yang ditanami ketela, di tempat itu, didekat pohon akasia, kami mendirikan tenda. Datang jauh-jauh 3 jam dari Jogja dengan niatan camping sekalian sampling.Camping dan sampling ala-ala. Entah campingnya yang ala ala, ataukah samplingnya. Eh.

Mana yang utama apakah sampling atau camping pasti tiap-tiap kami memiliki jawaban yang berbeda. Buat Manda pastilah lebih utama camping, karena ini kali pertamanya. Tapi buat Bonna, pastilah sampling lebih utama karena menyangkut masa depannya. Buat saya, tidak penting mana yang lebih penting. Yang jelas, buat saya, menikmati keduanya jauh lebih penting, sampling dan camping. Menikmati keduanya lebih dari sekedar upload photo ke social media.

Karena pada hakikatnya kita harus merayakan apa saja. Merayakan bau keramba, merayakan terbatasnya air, merayakan kamar mandi yang nggak ditutup pintunya, merayakan tenda orange, merayakan senja, merayakan sup masako, merayakan sambal dabu dabu, merayakan udara malam hari yang nggak dingin, merayakan bintang bintang di malam hari, merayakan batuk, merayakan langit biru, merayakan matahari terbit, merayakan tugas akhir yang belum kelar-kelar dan pastinya merayakan jodoh yang belum kunjung datang :(


Dari pinggir waduk Gajah Mungkur yang syahdu, Wonogiri, 12-13 Maret 2016

Yang diatas pohon, Manda nah.

All team lagi masang tenda.

Dwinda Mariska, M.Sc tapi celananya hansaplas-an






Manda lagi masak


Nasi goreng, mi goreng. Masakan standar camping


Pulaaang

Bonna

Bye bye waduk