Tuesday 22 January 2013

Baluran, Kenangan, dan Janji Tuhan


Yogyakarta, 22 Januari 2013 


Sejak datang untuk  pertama kalinya di sini aku sudah berjanji akan datang lagi.
Dan hari ini, aku menepati janjiku padamu.
Atas izin Tuhan.
Melakukan perjalanan untuk dapat kembali menginjakkan kakiku di  bentangan savannamu.
Kali ini bersama teman-teman baru.
Bukankah ini menyenangkan?
Ya! Sampai jumpa kembali Baluran.

Hei Baluran, dengarkan kisahku.
Kamu tahu apa yang aku lakukan di Jogja?
Aku belajar.
Belajar banyak hal tentang kehidupan.
Hidup itu kadang manis kadang pahit.
Sama seperti savanna,
kadang hijau menghidupi,
kadang kebakaran mengerikan.
Tapi menurut ilmu biologi itu adalah keseimbangan ekosistem.
Tidak apa-apa.
Semua akan baik baik saja.

Hei Baluran,
Maukah kamu berbagi cerita tentangmu?
Ceritakan padaku ketakutanmu.
Jangan ada yang tersembunyi.
Atau cerita tentang kerinduanmu kepada hujan.
Atau kepada bisikan angin yang berhembus syahdu.

Hei Baluran,
Seiring berjalannya waktu semuanya pasti berubah.
Mungkin savanna dulu dan sekarang berbeda ya.
Dulu begitu kering dan panas.
Mungkin sekarang beranjak hijau memukau.
Tapi kamu dulu dan sekarang akan tetap mengingatkanku pada keagungan Tuhan.

Hei Baluran,
Ketika waktu itu duri akasia savanna mengenai kakiku.
Aku sudah memaafkan.
Aku tidak apa-apa.
Meskipun sakit, aku tidak membencimu sama sekali.

Ingatkah ketika aku memakan buah asem di hutan evergreen?
Masam!
Tapi aku suka dan itu menyenangkan.
Aku sampai membawa beberapa karena ketagihan.

Kemudian perjalanan panjang menuju pantai Bama.
Aku diganggu Macaca nakal!

Tentang kenangan di bawah sinar rembulan, berjoget ria dengan kawan kawan.
Sejujurnya aku malu.

Lalu ketika aku berdiri di bekas kubangan kerbau diantara ratusan kupu kupu
Kamu tau rasanya diliputi keindahan?
Itu manis

Hei Baluran,
aku bahkan tidak mampu berharap lebih dari ini.
Kamu so sweet.

Hei Baluran,
Walaupun aku memimpikan Takabonerate, Pulau Derawan, dan Losari.
Sampai kapanpun kamu dan kenangan manis kita akan tetap selalu ada di hati.
Bersama Karimunjawa dan Merapi.

Hei Baluran,
kamu jangan menghitung kedatanganku yang mendadak dan hanya sebentar.
Kamu begitu berharga karena mengajariku banyak hal.
Tentang keindahan,
tentang keseimbangan,
tentang kedewasaan
tentang kehati-hatian,
dan tentang keikhlasan.

Dan kalau pada akhirnya kita harus berpisah.
Tak apa.
Perpisahan adalah awal dari kehidupan yang baru.
Karena tidak ada perpisahan tanpa ada pertemuan.

Bukan bukan.
Ini bukan tentang kesalahan.
Bukan salahmu.
Bukan juga aku.
Mengapa kita dipertemukan?
Itu adalah skenario Tuhan.

Oh ya Baluran, tolong sampaikan salamku pada Kacip.
Kapan kapan aku ke sana.
Tapi ini bukan janji.
Karena aku belum bisa menjamin kepastiannya.

Aku yang di Jogja.
Dengan atau tanpa kamu, akan menjalin hari esok dalam semangat baru.
Kalau kamu ingin cerita, percayakan saja pada angin.
Aku akan mendengarnya.

Hei Baluran,
jangan khawatir.
Kalau Allah berkehendak, kita pasti akan dipertemukan lagi.
Kamu percaya janji Allah kan?
Gantungkan harapanmu pada Allah.
Bukan padaku.
Karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dan seindah-indah berharap adalah kepada Allah.

Hei Baluran,
Ini adalah pagi yang indah yang butuh banyak kekuatan untuk berdiri.
Bahagia bisa mengenalmu.
Terima kasih telah mengizinkanku menjelajahi sisi indahmu dengan caraku.

Lagi.

5 comments:

  1. kamu tau... tulisanmu itu lebih dari indah, lebih dari keren.. hup.. :)

    -inz-

    ReplyDelete
  2. nanya-foto-pas-disekaten-cewek-ditengah-gk-pake.jilbab-dantri-bkan

    ReplyDelete
  3. mbak-foto-cewek-yg-gk-pake-jilbab-pas-disekaten-tu-siapa-dantri.rahayu-bukan-ya-

    ReplyDelete